Gambar 1
Matematika Terhadap Ilmu Perbintangan dan Astrologi
Perkembangan matematika pada zaman Babilonia sangat menunjang atau dapat saling mengisi antara matematika dan ilmu astronomi (Komar, Badrul, & Ruslani: 82). Berdasarkan pendapat tersebut matematika pada zaman Babilonia mulai berkembang ilmu-ilmu yang lain misalnya astrologi, yaitu ilmu meramal. Pada akhirnya bangsa Babilonia telah mengenal semacam dewa, seperti yang dikenal pada dewa-dewa bangsa Yunani dan dewa-dewa Babilonia.
Berikut Perbedaan Dewa Yunani dan Dewa Babilonia (Komar, Badrul, & Ruslani: 82):
Dewa Yunani Dewa Babilonia
- Mercurius Nebo
- Venus Ishtar
- Mars Nergal
- Jupiter Marduk
- Saturnus Ninib
- Bulan Sin
- Matahari Shamash
Berdasarkan hal tersebut terlihat jelas bahwa pengetahuan mengenai tat surya bengasa Babilonia sangatlah tinggi. Semua yang disebutkan diatas sekarang dikenal dengan nama-nama planet. Gerakan kelima planet dapat dilihat dengan mata telanjang seperti Venus, Mars, Merkurius, Jupiter, dan Saturnus. Sedangkan planet-planet lainnya harus menggunakan alat yang disebut dengan "Teropong Bintang". Setiap malam bintang terlihat di segala penjuru langit atau jagat raya. Bulan dan matahari terlihat bergerak dari Timur menuju Barat. Bayangkan jika mereka masih beranggapan bahwa bulan dan matahari dan bintang bergerak. Terutama matahari bergerak. Teori matahari bergerak bertahan sampai abad 16. Teori ini menganggap bumi sebagai pusat gerakan sedangkan yang lainnya mengelilingi bumi. Paham ini tentu saja salah karena kini telah diketahui bahwa matahari adalah pusat gerakan. Sebagai pusat gerakan, maka matahari dikelilingi oleh yang lain.
Mereka beranggapan bahwa dari semua bintang, terdapat bintang yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan dan tingkah laku manusia. Ilmu seperti ini sekarang sering disebut dengan "Horoskop". Bintang ini terletak di jagad raya yang membentuk lingkaran, terdapat pada suatu kedudukan yang selalu tetap. Sudut lingkaran dibagi menjadi 12. ini berarti:
Sumber: Komar, Badrul dan Ruslani, 2014. "Matematika Pada zaman Purba". Penerbit Angkasa: Bandung.
Setiap batas sudut 30 derajat ditempati oleh bintang tertentu. Kelompok bintang ini lazimnya disebut "zodiak". Bidang khayal yang membentang tempat terletaknya 12 rasi bintang ini disebut "Ekliptika". Setiap rasi bintang ini mempunyai nama-nama yang diambil dari dunia bintang dan manusia (Komar, Badrul, & Ruslani: 83). Konsep ini telah ada selama ribuan tahun dan menjadi bagian penting dari berbagai budaya di seluruh dunia. Berikut gambar kedudukan bumi terhadap 12 rasi bintang.
Gambar 2
Kedudukan Bumi Terhadap 12 Rasi Bintang
Pada keliling bumi kita dapati 12 rasi bintang dengan nama-namanya sebagai berikut:
Nama dan lambang rasi bintang ini pada kenyataannya tidak berupa satu bintang saja melainkan terdiri atas kelompok bintang. Dalam bayangan manusia, wujud bintang yang demikian memberi inspirasi untuk memberi nama-nama. Misalnya rasi bintang Scorpio (Kalajengking), bila kita hubung-hubungkan kelompok bintang dari satu bintang lainnya akan menyerupai binatang terbiasa yaitu kalajengking (Komar, Badrul, & Ruslani: 84). Sehingga tidak asing bagi kita dalam melihat simbol-simbol yang ada pada zodiak kita sering menemukan simbol-simbol yang kita mudah kita bayangkan dengan logika kita.
Gambar 4
Nama dan Lambang Rasi Bintang Berdasarkan Bayangan Manusia
Setiap tanda zodiak mewakili periode sekitar satu bulan kelender dan memiliki simbol atau gambaran hewan atau objek mitologis yang terkait. Berikut gambar rasi bintang berdasarkan bulan:


.jpeg)

.jpeg)
0 Komentar