Artikel

6/recent/ticker-posts

Mengenal Problem-Based Learning dalam Pembelajaran Matematika: Rekomendasi Model Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka

 


Problem-Based Learning (PBL) merupakan satu dari inovasi dalam pendekatan maupun model pembelajaran yang mengupayakan perbaikan terhadap metode belajar mengajar yang konvensional. Model pembelajaran berbasis masalah ini berpusat pada siswa (student-centered) dan dilandasi oleh filsafat konstruktivisme, yaitu mendorong siswa terlibat secara aktif untuk berpikir dan membangun atau mengonstruksi pengetahuannya sendiri. Problem-based learning memiliki prinsip pembelajaran dengan peran orang dewasa dan menjadikan siswa sebagai pembelajar mandiri (self-directed learners) yang dapat mendorong keterampilan belajar mandiri dalam jangka panjang (Arends, 2012: 397).

Problem-based learning dapat dijelaskan sebagai suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah kontekstual sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Watson, 2004: 188). Kemudian Wu & Forrester (2004: 64) selanjutnya menyatakan: “PBL is curriculum model designed around real-life problems that are ill-structured. PBL can be applied across the entire curriculum”. Artinya, PBL adalah model kurikulum yang dirancang di sekitar masalah kehidupan nyata yang tidak terstruktur. PBL dapat diterapkan di seluruh kurikulum. Hal ini sesuai dan mendukung untuk pembelajaran kurikulum Merdeka yang berfokus pada pengembangan soft skills dan karakter, fokus pada materi esensial dan pembelajaran yang fleksibel.

Tahapan atau sintaks model pembelajaran problem-based learning  adalah sebagai berikut.

Tahapan

Perilaku Guru

Tahap 1 :

Mengorientasikan siswa kepada masalah.

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik pembelajaran yang dibutuhkan, dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam aktivitas pemecahan masalah.

Tahap 2 :

Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3 :

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, membuat eksperimen, dan mencari penjelasan serta pemecahan masalah.

Tahap 4 :

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membagikan hasil pekerjaan mereka dengan teman-teman lainnya.

Tahap 5 :

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Membantu siswa mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses-proses pemecahan masalah yang mereka gunakan.


Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Dalam memunculkan ide-ide, dibutuhkan komunikasi yang baik sehingga ide-ide tersebut dapat dipahami oleh orang lain dan memperjelas keadaan dalam menyelesaikan suatu masalah. Demikian halnya dalam pembelajaran matematika, komunikasi matematis yang baik sangat diperlukan dalam proses menyelesaikan suatu masalah, yaitu untuk menyatakan ide-ide matematika ke dalam bentuk simbol, notasi, model matematika, bentuk tabel, diagram, atau grafik, serta menafsirkan dan menghubungkan ide-ide tersebut untuk memperoleh solusi yang tepat atas suatu permasalahan matematika.

Dalam pembelajarannya, proses memahami dan menemukan penyelesaian atas permasalahan kontekstual memberikan siswa pengalaman belajar untuk menyatakan atau mengekspresikan ide matematis mereka dari masalah yang diketahui ke dalam bentuk simbol-simbol, model matematika, tabel, diagram atau grafik serta menjelaskan prosedur menemukan solusi permasalahannya. Hal ini didukung oleh langkah pada pemecahan masalah Polya yang menyebutkan bahwa proses komunikasi seperti melihat pola, menggambar diagram atau membuat bagan adalah bagian dari hal-hal yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah matematika. 

Beberapa penelitian yang relevan terkait penerapan PBL ini terhadap komunikasi matematis, yakni penelitian oleh Madhavia et al. (2020) berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Kuantan Singingi” menyatakan bahwa sebelum diterapkan model problem based learning, siswa tidak membuat model matematika permasalahan dan tidak menjelaskan jawabannya secara matematis. Sedangkan setelah menerapkan model  problem based learning, sebagian besar siswa telah dapat membuat model matematika, melakukan operasi hitung, serta menjelaskan jawabannya dengan benar secara sistematis. Selanjutnya penelitian kuasi eksperimen yang dilakukan oleh Ningsih et al. (2021) berjudul “Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Materi SPLDV di Kelas X SMK Negeri 1 Dewantara” menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran problem based learning meningkat secara signifikan daripada melalui pendekatan saintifik.  

Dengan konsep dan pemikiran ini, diharapkan pembelajaran matematika dengan model problem-based  learning dapat diterapkan dengan maksimal terutama dalam upaya pengimplementasian kurikulum merdeka sekaligus meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.


Referensi:

Arends, R.I. (2012). Learning to Teach (9th Ed.). New York: McGrow Hill.

Madhavia, P., Murni, A., & Saragih, S. (2020). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas VII SMP Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 1239-1245.

Ningsih, A.R., Rohantizani, & Marhami. (2021). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa melalui Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada Materi SPLDV di Kelas X SMK Negeri 1 Dewantara. Ar-Riyadhiyyat: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 19-26.

Watson, George. (2004). Integrating Problem-Based Learning and Technology in Education. Dalam Tan, O.S. (Ed.). (2004). Enhancing Thinking through Problem-based Learning Approaches: International Perspectives. Singapore: Thomson Learning.

Wu, W.Y & Forrester, V. (2004). Exploring The Cognitive Processes of Problem-Based Learning and Their Relationship to Talent Development. Dalam Tan, O.S. (Ed.). (2004). Enhancing Thinking through Problem-based Learning Approaches: International Perspectives. Singapore: Thomson Learning.


Posting Komentar

0 Komentar