Artikel

6/recent/ticker-posts

Pembelajaran Matematika yang Asyik dan Menyenangkan dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching


 Pembelajaran Matematika yang Asyik dan Menyenangkan dengan Pendekatan Culturally Responsive Teaching

 

            Culturally Responsive Teaching (CRT) adalah pendekatan pengajaran yang mengakui, menghargai, dan merespons keberagaman budaya dalam konteks pembelajaran. Pendekatan ini lebih menekankan pentingnya memahami latar belakang budaya siswa dan menggunakan wawasan tersebut dalam merancang pengalaman pembelajaran yang relevan. CRT berusaha untuk menciptakan lingkungan kelas yang inklusif, menghormati perbedaan, dan memberdayakan siswa dari berbagai latar belakang budaya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterlibatan, pemahaman, dan keberhasilan belajar peserta didik dengan mengintegrasikan aspek-aspek budaya ke dalam pengajaran dan kurikulum.

 

Gambar 1:Budaya Indonesia

            Pendekatan Culturally Responsive Teaching atau CRT menempatkan peserta didik yang merasa dirinya berasal dari budaya minoritas memiliki hak yang sama  dalam memperoleh kesempatan mengembangkan kemampuan diri. Melalui pendekatan pembelajaran CRT ini, peserta didik juga menjadi lebih  memahami budayanya sendiri serta menghargai budaya orang lain.

            Pendekatan Culturally Responsive Teaching dapat terjadi apabila peserta didik memiliki rasa saling menghormati terhadap latar belakang dan keadaan tanpa memandang status individu dan kekuasaan. Sebagai informasi, CRT atau pendekatan Culturally Responsive Teaching memuat unsur perencanaan pembelajaran yang meliputi berbagai kebutuhan, kepentingan, dan orientasi di ruang kelas.

 Beberapa ahli pendidikan yang telah menyumbangkan wawasannya tentang Culturally Responsive Teaching (CRT):

  1. Gloria Ladson-Billings
    Sebagai salah satu pemikir terkemuka dalam CRT, Ladson-Billings menekankan pentingnya "pemberdayaan siswa melalui peningkatan identitas kultural mereka" dan mengusulkan bahwa pengajaran harus mengakui serta menggunakan kekayaan budaya siswa.
  2. Geneva Gay
    Menyoroti pentingnya pengakuan dan inklusi keberagaman budaya dalam pembelajaran. Gay menekankan strategi konkret untuk mengintegrasikan budaya dalam pengajaran dan memberikan nilai tambah pada proses pembelajaran.
  3. Zaretta Hammond:
    Dalam bukunya "Culturally Responsive Teaching and the Brain," Hammond menggabungkan konsep-konsep neuroscience dengan CRT untuk memberikan pandangan tentang bagaimana pendekatan ini dapat mendukung perkembangan otak dan pembelajaran siswa.

            Pakar tersebut menyatakan bahwa pendekatan CRT bukan hanya tentang mengenali perbedaan budaya, tetapi juga tentang menghormati, merespons, dan memanfaatkan keberagaman tersebut untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa. Pendekatan ini memerlukan kesadaran, refleksi, dan keterlibatan aktif guru dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung semua siswa.

Jadi, Culturally responsive teaching (CRT) adalah suatu pendekatan pengajaran yang didesain untuk merespons keberagaman budaya peserta didik. Prinsip utamanya adalah mengakui, memahami, dan menghargai berbagai latar belakang budaya siswa dalam konteks pembelajaran. 

Beberapa karakteristik dari culturally responsive teaching meliputi:

  1. Pengakuan akan Kekuatan Budaya:
    CRT menyoroti dan mengintegrasikan kekayaan budaya siswa ke dalam kurikulum dan metode pengajaran sebagai sumber daya pembelajaran.
  2. Penggunaan Materi Pembelajaran yang Relevan:
    Guru menciptakan pengalaman pembelajaran yang mencerminkan realitas dan pengalaman hidup siswa untuk membuat pembelajaran lebih relevan dan bermakna.
  3. Pembelajaran Kolaboratif:
    Memfasilitasi kolaborasi dan diskusi yang menghargai perspektif budaya yang berbeda, menciptakan lingkungan kelas yang inklusif.
  4. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas:
    Melibatkan orang tua serta komunitas dalam proses pembelajaran untuk membangun hubungan yang kuat antara sekolah dan keluarga siswa.
  5. Refleksi Guru:
    Guru secara terus-menerus merefleksikan praktik pengajaran mereka, mengidentifikasi dan mengatasi potensi bias budaya, serta terbuka terhadap pembelajaran dan penyesuaian.


CRT bertujuan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung semua siswa, meminimalkan kesenjangan budaya, dan memberikan kesempatan setara bagi semua peserta didik untuk berkembang secara akademis dan sosial.

Posting Komentar

0 Komentar