PENGARUH
PENERAPAN MEDIA ANIMASI DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP
KEMAMPUAN KONEKS
MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP
create by Mega M Situmorang
Salah
satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah matematika, karena dapat menumbuh kembangkan kemampuan bernalar. Kata
matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari
perkataan Yunani Mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai
asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atan ilmu (nowledge science).
Kata Mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yanghampir sama, yaitu
mah atau matherein yang artinya belajar / berpikir (Siagian, 2016:59).
Matematika
adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir Matematika mengajarkan pola
berpikir logis, sistematis, kritis, dan kreatif. Apabilapola tersebut
dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan menghasilkanpeserta didik
yang kompeten dalam pela pikir yang berdampak signifikan terhadapkualitas
generasi di masa yang akan datang. Uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya
matematika untuk dipahami dan dikuasai oleh peserta didik sejak SD bahkan TK.
Namun, kenyataan yang diperolehdilapangan belum sepenuhnya diwujudkan dengan
baik. Berdasarkan data diperoleh dari PISA (Program For Internasional Student
Assesment) pada tahun 2018 peserta didik di Indonesia mendapat nilai lebih
rendah dari rata-rata OECD dalam membaca, matematika dan sains. Hasil studi
PISA 208 yang dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa kemapuan siswa Indonesia
dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371, dengan rata-rata skor OECD
yakni 487, kemudian untuk skor rata-rata matematika mencapai 379, dengan skor
rata-rata OECD 487, dan selanjutnya untuk sains, skor rata-rata siswa Indonesia
mencapai 389 dengan rata[1]rata
OECD yakni 489(OECD,2019). Dalam hal ini jelas bahwa kemampuan matematika siswa
di Indonesia masih di bawah rata-rata PISA.
Rendahnya
kemampuan belajar matematika siswa SMP ini dikarenakan penguasaan kemampuan
matematis yang belum mumpuni.Salah satu kemampuan 2 tersebut adalah kemampuan
koneksi matematis. Mandur dkk (2013:1) menyatakan bahwa kemampuan koneksi
matematis berkontribusi secara signifikan terhadap prestasi belajar matematika
siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Begitu juga halnya juga
tujuan pembelajaran matematika menurut Permendikbud No.58 tahun 2014, salah
satu diantaranya yaitu memahami konsep matematika, kompetensi dalam menjelaskan
keterkaitan antar konsep dan menggunakan konsep maupun algoritma, secara luwes,
akurat, efisien, dan tepat dalam memecahkan masalah. Dalam hal ini, keterkaitan
antar konsep yang dimaksud adalah sebagai koneksi matematis antar konsep, dimana
pembelajaran matematika ada kaitannya dengan materi pembelajaran matematika
lainnya. Jadi, koneksi matematis merupakan salah satu komponen penting dari
kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika.
Koneksi
dalam matematika merupakan hubungan ide-ide atau gagasan yang digunakan untuk
merumuskan dan menguji topik-topik matematika secara deduktif. Konsep
matematika dikembangkan untuk menyelesaikan masalah matematika dan juga ilmu
selain matematika. "When student can connect mathematical ideas their
understanding is deeper and more lasting" (NCTM. 2000: 64). Artinya
apabila peserta didik dapat menghubungkan konsep-konsep matematika secara
matematis, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan
dapat bertahan lebih lama. Hal tersebut semakin menegaskan bahwa prestasi
belajar siswa berkaitan dengan kemampuan koneksi matematis siswa. Prestasi
belajar siswa yang rendah disebabkan kemampuan koneksi matematis siswa yang
rendah. Penelitian Ruspiani (dalam Siahaan dkk, 2012: 129) mengungkapkan bahwa
kemampuan siswa dalam melakukan koneksi matematika memang tergolong rendah.
Kemampuan terendah ada pada kemampuan koneksi antar topik matematika. Rendahnya
tingkat kemampuan koneksi antar topik ini, dibandingkan dengan koneksi dengan
disiplin ilmu lain dan koneksi dengan dunia nyata, antara lain karena banyaknya
topik matematika yang harus dikaitkan dengan penyelesaian soal sehingga
memerlukan jangkauan pemikiran yang tinggi. Sedangkan pada koneksi dengan dunia
nyata, 3 permasalahan utamanya adalah kesulitan siswa membuat model matematika.
Hal ini didukung oleh peryataan Tim Puspendik (2012) bahwa peserta didik di
Indonesia belum terlatih dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan
kemampuan koneksi matematis. Demikian juga hasil penelitian yang diperoleh oleh
Anandita (2015 : 94) menunjukkan bahwa: (1) tingkat kemampuan koneksi matematis
siswa adalah sebagai berikut: (a) tidak ada siswa termasuk dalam kategori
"baik sekali"; (b) 2 siswa termasuk dalam kategori "tinggi":(c)
6 siswa termasuk dalam kategori "cukup"; (d) 10 siswa termasuk dalam
kategori "kurang"; dan (e)18 siswa termasuk dalam kategori
"kurang sekali". Hal serupa juga diungkapkan Schoenfeld ( dalam
Anandita, 2015) bahwa kemampuan koneksi matematis belum maksimal dikembangkan
di sekolah-sekolah di Indonesia. Hal ini dapat berdampak siswa sering mengalami
kesulitan-kesulitan dalam menyelesaikan beberapa masalah dalam matematika yang
notabenenya satu konsep matematika dengan konsep matematika lainnya saling berhubungan.
Hasil
pre test yang dilakukan oleh peneliti menguatkan penelitian-penelitian
sebelumnya. Pre test diberikan kepada siswa berupa soal tes kemampuan koneksi
matematis. Materi pre test yang dibawakan adalah soal-soal dari materi bangun
datar. Pre test sesuai dengan indikator kemampuan koneksi matematika siswa SMP
Negeri 5 kelas VIII yang terdiri dari tiga soal, yaitu: koneksi matematis
matematika dengan bahasan lain soal nomor 1, koneksi matematis dengan bidang
studi lain soal nomor 3, dan koneksi matematis dengan kehidupan sehari-hari
soal nomor 2. 4 Tabel.1.1. Hasil Pre test (1) Indikator Kemampuan Koneksi
Matematis (2) Keterangan 1. Koneksi dengan pokok bahasan lain. Suatu lapangan
berbentuk persegi panjang. Jika perbandingan panjang dan lebarnya adalah 7 : 6
dan luasnya adalah 1.512 meter2 , maka tentukanlah panjang,lebar dan keliling
lapangan tersebut? jawaban siswa nomor 1 Siswa belum mampu menghubungkan antara
materi perbandingan dengan materi persegi panjang, dari keseluruhan siswa belum
ada yang mampu menyelesaikannya dengan baik, bahkan masih ada siswa yang tidak
tahu rumus mencari luas dan keliling persegi panjang. 2. Koneksi dengan
kehidupan sehari-hari Sebuah taman rekreasi berbentuk persegi. disekeliling
taman rekreasi ditanamipohon pinus kecil dengan jarak antar pohon 600 cm.
panjang sisi taman itu adalah 54 meter. Berapakah banyak pohon yang dibutuhkan
untuk memenuhi keliling taman rekreasi ? Siswa belum mampu menghubungkan antara
materi bangun datar khususnya persegi dengan kehidupan sehari-hari.Dari 25
siswa yang hadir hanya seditit yang mampu mengaitkan materi persegi dengan
masalah kehidupan sehari-hari. 5 Dari hasil jawaban siswa bisa dilihat bahwa
siswa belum mampu menyelesaiakan soal dengan benar seperti yang ditunjukkan
pada Tes awal yang diberikan terdiri atas 3 soal dimana ketiga soal tersebut
mewakili indikator koneksi matematis. Dari hasil pekerjaan siswa dalam menjawab
soal koneksi matematika 3 siswa memperoleh skor sangat rendah (12%), 20 siswa
(1) (2) Gambar 1.2. jawaban siswa nomor 2 3. Koneksi dengan bidang studi lain
Seorang agen tanah mendapat komisi 5%dari hasil penjualan tanah Rp 100.000,-
per meter2 dan ia mendapat komisi Rp500.000,- maka berapakah luas tanah yang
terjual? Gambar 1.3. jawaban siswa nomor 3 Siswa belum mampu menghubungkan
matematika materi bangun datar dengan masalah ekonomi. Dari keseluruhan siswa
tidak ada yang mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. 6 memperoleh skor
rendah (80%), dan 2 siswa memperoleh nilai sedang(8%).
Dari
semua siswa tidak ada memperoleh nilai tinggi bahkan sangat tinggi. Dari hasil
jawab siswa tersebut diketahui bahwa siswa masih kesulitan dalam menyelesaiakan
soal terkait menuliskan masalah kehidupan sehari-hari, sulit mengaitkan ide-ide
atau konsep-konsep matematis,dan siswa masih sulit dalam menetukan rumus apa
yang digunakan pada soal tersebut. Bahkan siswa masih banyak tidak tahu
mengubah soal cerita kedalam bentuk model matematika seperti diketahui dan
ditanya, Beberapa siswa juga tidak mengerjakan soal sama sekali karena alasan
tidak mengerti sama sekali. Seperti diketahui bahwa pembelajaran matematika
seharusnya mampu mendorong siswa dalam mengembangkan kemampuan koneksi
matematis siswa, sehingga siswa mampu menyelesaiakan soal-soal matematika yang
berkaitan dengan pokok bahasan lain, bidang studi lain, dan kehidupan
sehari-hari.(dalam Ani dkk, 2020:106) menyatakan bahwa matematika bukanlah
kumpulan topik dan kemampuan yang terpisah-pisah, melainkan merupakan ilmu
saling terkait satu dengan lainnya. Namun faktanya dilapangan sangat bertolak
belakang, dimana kegiatan pembelajaran selama ini belum mampu membantu siswa
untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematis nya apalagi pembelajaran yang
masih konvensional yakni pembelajaran yang menekankan hafalan. Dari hasil
wawancara dengan guru bidang studi matematika yang mengajar dikelas VIII bahwa
siswa masih sulit mengerjakan soal matematika yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari dalam bentuk model matematika. Bahkan mengerjakan soal yang mirip
dengan sebelumnya juga masih sulit dan masih banyak kesalahan, apalagi kita
tahu pembelajaran sekarang melalui daring dan dari pendapat guru bahwa
pembelajaran daring membuat siswa semakin tidak mengerti pelajaran karena media
yang digunakan guru hanya sebatas whatsApp dan tidak semua siswa aktif dalam
pembelajaran bahkan banyak siswa yang tidak peduli dengan pelajaran. Media yang
digunakan guru juga masih konvensional yaitu dengan memberi materi dan
menjelaskannya. Oleh sebab itu, kemampuan siswa menjadi rendah, untuk itu perlu
7 diterapkan pembelajaran yang lebih menarik dan membuat siswa lebih mudah
memahami materi dengan menerapkan media animasi yang menarik dan tidak
membosankan, sehingga siswa akan lebih tertarik untuk belajar. Mengingat
pentingnya kemampuan koneksi matematis siswa ditingkatkan dalam pemecahan
masalah maka diperlukan pendekatan pembelajaran yang tepat dan lebih menarik.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dalam penerapannya memperhatikan pertanyaan berbasis why bukan sekedar how. Setiap pemecahan masalah, keterampilan mahasiswa yang dikembangkan melalui pembelajaran berbasis masalah ini tidak semata-mata keterampilan how tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan dapat terjadi Pada pembelajaran PBL langkah pertama yang dilakukan adalah orientasi siswa terhadap masalah. Kemudian mengorganisasi siswa untuk meneliti. Guru membantu siswa investigasi mandiri dan kelompok. Selanjutnya guru membantu siswa untuk mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan memamerkan. Langkah terakhir menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. Menurut Sanjaya (2011: 220), salah satu kelebihan pembelajaran PBL adalah memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan masalah dunia nyata. Kehadiran virus corona (covid-19) di Indonesia mengakibatkan banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah sistem pendidikan. Pembelajaran yang biasanya dilakukan secara tatap muka, kini harus berubah menjadi pembelajaran online(daring). Hal ini juga berdampak kepada guru disekolah.
Dewasa
ini, tegnologi semakin berkembang dengan pesat. Hal ini memberikan peluang bagi
segala bidang, tak terkecuali bidang pendidikan dan pembelajaran. Guru dituntut
untuk menguasai tegnologi. Seorang guru harus mampu memanfaatkan kemampuan
tegnologi yang ada untuk menyampaikan materi pelajaran. Salah satu media
pembelajaran berbasis tegnologi komputer yang dapat memanfaatkan dalam
pembelajaran matematika, khususnya pola bilangan adalah media animasi agar
lebih menarik. 8 Proses pembelajaran yang optimal bagi peserta didik
membutuhkan media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini harus
diupayakan seoptimal mungkin, hal ini dilandasi pemahaman bahwa kemampuan guru
untuk menyampaikan materi pembelajaran mempunyai keterbatasan tertentu,
terutama yang berkaitan dengan pemahaman materi pola bilangan. Dalam upaya
meningkatakan pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan bagi siswa
masih diperlukan terobosan dalam mengembangkan inovasi dalam pembelajaran salah
satunya adalah melalui media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran ini
harus diupayakan seoptimal mungkin. Hal ini dilandasi pemahaman bahwa kemampuan
guru untuk menyampaikan materi pembelajaran secara online mempunyai
keterbatasan tertentu, terutama yang berkaitan dengan pemahaman materi
pembelajaran.
Media pembelajaran adalah suatu komponen komunikasi yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. Media pembelajaran yang memuat informasi dan pengetahuan, pada umumnya digunakan untuk membuat proses belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Suatu media yang menghibur dan menarik akan mengambil perhatian siswa untuk memerhatikannya. Sehingga pemilihan media belajar adalah langkah awal yang ikut menetukan hasil dari tersampainya materi pembelajaran terutama media pola bilangan yang akan diajarkan dimana pola bilangan sebagai pembelajaran yang abtrak diperlukan suatu media yang dapat mengaitkan. Media animasi merupakan salah satu media dari beberapa media yang dianggap dapat meningkatkan aktivitas dan pemahaman siswa. Karena media animasi selama ini belum pernah digunakan disekolah sehingga siswa dalam belajar nantinya tidak menghayal dan mengambang tentang materi yang diajarkan, dan dengan kehadiran media dapat menjadikan siswa aktif dan mendapat hasil. Media animasi juga suatu teknik menampilkan gambar berurut sedemikian rupa sehingga anak didik merasakan adanya ilusi gerakan (motion) pada gambar yangditampilkan. Media animasi yang dimaksud disini untuk melihat tayangan tentang materi yang diajarkan agar anak didik lebih mudah memahaminya, jadi dengan menggunakan media animasi akan memudahkan siswa dalam proses belajar 9 termasuk pada kemampuan koneksi matematis siswa, dimana dengan media animasi siswa akan lebih mudah mengaitkan materi yang dipelajari dengan ilmu lain dan kehidupan sehari-hari.
0 Komentar